Santri, Kyai dan Guru Ngaji Apakah Termasuk Fisabilillah yang berhak menerima zakat walaupun kaya?

Santri, Kyai dan Guru Ngaji Apakah Termasuk Fisabilillah yang berhak menerima zakat walaupun kaya? Fisablillllah makna asalnya adalah mujahid atau
Santri dan Guru Ngaji Apakah Termasuk Fisabilillah?

GURU SANTRI DAN SANTRI APAKAH TERMASUK PENERIMA ZAKAT FISABILILLAH?

Assalamu'alaikum wr wb
Yth. Pengasuh

Dengan ini saya ingin menyampaikan beberapa pertanyaan seputar zakat:
1. Dalam keluarga faqir, yang berhak dalam menerima zakat apakah cukup perwakilan kepala keluarga saja atau seluruh anggota keluarga?
2. Guru ngaji dan santrinya, apakah boleh menerima zakat dengan menggolongkan mereka dalam fisabilillah?
3. Amil yang dibentuk oleh takmir masjid dalam mengurus zakat fitrah saja apakah sah dan termasuk dalam amil yang berhak menerima zakat?
Demikan, terimakasih atas jawabanya.

Hormat saya:
Qoyyimah
di Kotabaru, KALSEL

DAFTAR ISI
  1. Santri dan Guru Ngaji Apakah Termasuk Fisabilillah?

JAWABAN GURU SANTRI DAN SANTRI APAKAH TERMASUK PENERIMA ZAKAT FISABILILLAH?

1. Seluruh keluarga fakir miskin berhak atas zakat asal memenuhi syarat yaitu Islam, baligh (dewasa) dan berakal sehat.

2. Fisablillllah makna asalnya adalah mujahid atau orang yang sedang berjihad (perang) dalam membela agama Allah. Namun sejumlah ulama membolehkan makna fisabilillah diperlebar untuk mencakup santri atau pelajar ilmu agama. Dalam Al-Mausuah al-Fiqhiyah (Ensiklopedi Fiqh) 28/337 dinyatakan:

اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى جَوَازِ إعْطَاءِ الزَّكَاةِ لِطَالِبِ الْعِلْمِ , وَقَدْ صَرَّحَ بِذَلِكَ الْحَنَفِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ , وَالْحَنَابِلَةُ , وَهُوَ مَا يُفْهَمُ مِنْ مَذْهَبِ الْمَالِكِيَّةِ ... , وَذَهَبَ بَعْضُ الْحَنَفِيَّةِ إلَى جَوَازِ أَخْذِ طَالِبِ الْعِلْمِ الزَّكَاةَ وَلَوْ كَانَ غَنِيًّا إذَا فَرَّغَ نَفْسَهُ لإِفَادَةِ الْعِلْمِ وَاسْتِفَادَتِهِ , لِعَجْزِهِ عَنْ الْكَسْبِ .
قَالَ النَّوَوِيُّ : وَلَوْ قَدَرَ عَلَى كَسْبٍ يَلِيقُ بِحَالِهِ إلا أَنَّهُ مُشْتَغِلٌ بِتَحْصِيلِ بَعْضِ الْعُلُومِ الشَّرْعِيَّةِ بِحَيْثُ لَوْ أَقْبَلَ عَلَى الْكَسْبِ لانْقَطَعَ مِنْ التَّحْصِيلِ حَلَّتْ لَهُ الزَّكَاةُ , لأَنَّ تَحْصِيلَ الْعِلْمِ فَرْضُ كِفَايَةٍ ، ...
وَسُئِلَ ابْنُ تَيْمِيَّةَ عَمَّنْ لَيْسَ مَعَهُ مَا يَشْتَرِي بِهِ كُتُبًا يَشْتَغِلُ فِيهَا , فَقَالَ : يَجُوزُ أَخْذُهُ مِنْ الزَّكَاةِ مَا يَحْتَاجُ إلَيْهِ مِنْ كُتُبِ الْعِلْمِ الَّتِي لا بُدَّ لِمَصْلَحَةِ دِينِهِ وَدُنْيَاهُ مِنْهَا .
قَالَ الْبُهُوتِيُّ : وَلَعَلَّ ذَلِكَ غَيْرُ خَارِجٍ عَنْ الأَصْنَافِ , لأَنَّ ذَلِكَ مِنْ جُمْلَةِ مَا يَحْتَاجُهُ طَالِبُ الْعِلْمِ فَهُوَ كَنَفَقَتِهِ وَخَصَّ الْفُقَهَاءُ جَوَازَ إعْطَاءِ الزَّكَاةِ لِطَالِبِ الْعِلْمِ الشَّرْعِيِّ فَقَطْ .
وَصَرَّحَ الْحَنَفِيَّةُ بِجَوَازِ نَقْلِ الزَّكَاةِ مِنْ بَلَدٍ إلَى بَلَدٍ آخَرَ لِطَالِبِ الْعِلْمِ " اهـ. باختصار
الموسوعة الفقهية
Artinya: Ulama fiqih sepakat atas bolehnya memberikan zakat bagi pelajar. Itu pendapat sharih dalam madzhab Hanafi, Syafi'i dan Hanbali dan pendapat implisit (mafhum) dalam madzhab Maliki. Sebagian ulama madzhab Hanafi membolehkan pelajar mendapat zakat walaupun kaya apabila dia menggunakan seluruh waktunya pada ilmu karena ketidakmampuannya untuk bekerja.

Imam Nawawi--madzhab Syafi'i-- berkata: Apabila dia mampu bekerja tapi dia sibuk untuk mendapatkan ilmu agama sekiranya bekerja akan sulit mendapat ilmu maka halal baginya menerima zakat karena mendapatkan ilmu itu fardu kifayah.

Ibnu Taimiyah --madzhab Hanbali-- ditanya tentang pelajar yang tidak punya untuk membeli kitab, ia menjawab: Boleh baginya mendapatkan zakat sekadar kebutuhan untuk membeli buku untuk kepentingan agama dan dunianya.

Buhuti berkata: barangkali hal itu (zakat untuk beli buku bagi pelajar) tidak keluar dari golongan yang delapan karena hal itu termasuk yang diperlukan oleh pelajar maka itu sama dengan keperluan nafkahnya.
Ulama fiqih mengkhususkan bolehnya memberikan zakat pada pelajar agama atau santri saja. Sedangkan madzhab Hanafi menyatakan bolehnya zakat bagi pelajar dari satu negara ke negara lain.

Kesimpulan: santri boleh menerima zakat karena termasuk fisablilillah. Adapun guru ngaji kalau memang fokus mengajar, dan tidak bekerja sama sekali, maka ia dapat dimasukkan dalam kategori yang sama. Referensi empat madzhab tentang Penerima Zakat lihat di sini.

3. Menurut UU No.38 tahun 1999 panita zakat yang dibentuk takmir masjid bukanlah amil zakat. Namun mereka tetap berhak mendapat zakat kalau termasuk dari golongan yang delapan mustahik zakat seperti fakir miskin, dll.
Sementara itu, dalam madzhab Syafi'i, amil yang berhak zakat adalah apabila ia (a) diangkat oleh Pemerintah atau lembaga Zakat; (b) dan tidak menerima gaji khusus atas pekerjaannya tersebut. Lihat referensi.
LihatTutupKomentar