Hukum merapikan memotong alis bagi laki-laki

Hukum merapikan memotong alis bagi laki-laki Boleh kalau untuk bertujuan merapikan saja. Mencabut dua alis apabila panjang itu tidak apa-apa menurut

Hukum merapikan memotong alis bagi laki-laki

Hukum merapikan memotong alis bagi laki-laki

Assalamualaikum Ustadz
Izin bertanya

1.) Tadi saya dan istri saya membeli mie rebus dan dibawa pulang, Setelah sampai rumah, kemudian mie rebusnya dibuka,

Ketika dibuka ternyata mie nya agak mengembang dan kuahnya tinggal sedikit :

Kemudian saya bilang ke istri saya :

“ Tau gitu tadi pisah “


Maksud saya adalah dipisah antara mie dan kuahnya Supaya tidak mengembang dan kuahnya banyak


Apakah itu termasuk kalimat talak atau bukan Ustadz ?

2.) Ketika sedang Sholat, terkadang ada sedikit sisa makanan yg ada di sela sela gigi atau di gigi yg berlubang,

Misalkan sisa makanan tersebut tertelan tanpa sengaja dan tanpa kita ketahui, apakah membatalkan Sholat Ustadz ?

3.) Apa hukumnya merapikan atau memotong atau mencukur alis untuk laki-laki Ustadz ?

JAWABAN

1. Bukan kalimat talak. Tidak jatuh talak karena konteksnya berbeda. Baca detail: Tidak Semua Ucapan Talak Sharih berdampak Cerai 

2. Tidak batal salatnya apabila tidak sengaja atau tidak tahu bahwa hal itu dilarang.

Al-Ghazi dalam Fathul Qarib menjelaskan:

والذي يبطل الصلاة الأكل والشرب كثيرا كان المأكول والمشروب أو قليلا إلا أن يكون الشخص في هذه الصورة جاهلا تحريم ذلك  


Artinya: “Diantara hal yang membatalkan shalat adalah pekerjaan makan dan minum, entah itu banyak maupun sedikit, kecuali jika seorang tersebut tidak tahu hukumnya”.

Ketidaksengajaan sama dengan ketidaktahuan. Baca detail: Melakukan dosa karena tidak tahu, tidak sengaja 


3. Boleh kalau untuk bertujuan merapikan saja.

Menurut hasil keputusan Bahtsul Masa’il Diniyah FMPP ke XXI di PP. Lirboyo Kediri, hukumnya khilaf :

    Menurut jumhurul ulama’ : wanita yang bersuami diperbolehkan mengerik alisnya apabila ada izin dari suami atau qorinah yang menunjukan adanya izin dari suami. Sedangkan wanita yang tidak bersuami hukum mengerik alis tidak diperbolehkan. Namun sebagian ulama’ memperbolehkannya apabila diperlukan untuk pengobatan atau hal tersebut merupakan aib, dengan syarat tidak tadlis (penipuan) pada orang lain.
    Hukumnya makruh apabila alisnya panjang. Namun menurut sebagian ashab imam Ahmad hukumnya boleh secara mutlak bahkan imam Ahmad pernah melakukannya.

a) Dalam kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-quwaitiyah, hlm. 15/69 dijelaskan:

اتّفق الفقهاء على أنّ نتف شعر الحاجبين داخل في نمص الوجه المنهيّ عنه بقوله صلى الله عليه وسلم : « لعن اللّه النّامصات ، والمتنمّصات » . واختلفوا في الحفّ والحلق ، فذهب المالكيّة والشّافعيّة إلى أنّ الحفّ في معنى النّتف . وذهب الحنابلة إلى جواز الحفّ والحلق ، وأنّ المنهيّ عنه هو النّتف فقط . وذهب جمهور الفقهاء إلى أنّ نتف ما عدا الحاجبين من شعر الوجه داخل أيضاً في النّمص ، وذهب المالكيّة في المعتمد وأبو داود السّجستانيّ ، وبعض علماء المذاهب الثّلاثة الأخرى إلى أنّه غير داخل . واتّفق الفقهاء على أنّ النّهي عن التّنمّص في الحديث محمول على الحرمة ، ونقل عن أحمد وغيره أنّ النّهي محمول على الكراهة . وجمهور العلماء على أنّ النّهي في الحديث ليس عامّا ، وذهب ابن مسعود وابن جرير الطّبريّ إلى عموم النّهي ، وأنّ التّنمّص حرام على كلّ حال . وذهب الجمهور إلى أنّه لا يجوز التّنمّص لغير المتزوّجة ، وأجاز بعضهم لغير المتزوّجة فعل ذلك إذا احتيج إليه لعلاج أو عيب ، بشرط أن لا يكون فيه تدليس على الآخرين . قال العدويّ : والنّهي محمول على المرأة المنهيّة عن استعمال ما هو زينة لها ، كالمتوفّى عنها والمفقود زوجها . أمّا المرأة المتزوّجة فيرى جمهور الفقهاء أنّه يجوز لها التّنمّص ، إذا كان بإذن الزّوج ، أو دلّت قرينة على ذلك ، لأنّه من الزّينة ، والزّينة مطلوبة للتّحصين ، والمرأة مأمورة بها شرعا لزوجها . ودليلهم ما روته بكرة بنت عقبة أنّها سألت عائشة رضي الله عنها عن الحفاف ، فقالت : إن كان لك زوج فاستطعت أن تنتزعي مقلتيك فتصنعيهما أحسن ممّا هما فافعلي . وذهب الحنابلة إلى عدم جواز التّنمّص – وهو النّتف – ولو كان بإذن الزّوج ، وإلى جواز الحفّ والحلق . وخالفهم ابن الجوزيّ فأباحه ، وحمل النّهي على التّدليس ،أو على أنّه كان شعار الفاجرات.

Artinya: "Ulama fikih sepakat bahwa mencabut alis itu termasuk ke dalam perbuatan mencabut bulu wajah yang dilarang dengan sabda Nabi: 'Allah melaknat namishat dan mutanammsihat...' Ulama berbeda pendapat terkait memendekkan dan mencukur. Mazhab Syafi'i dan Maliki menyatakan bahwa haf itu sama dengan mencabut  "


b) Al-Nawawi dalam Al Majmu’ ala Syarhil muhadzab, hlm. 1/290, menjelaskan:

وأما الاخذ من الحاجبين إذا طالا فلم أر فيه شيئا لاصحابنا وينبغى أن يكره لانه تغيير لخلق الله لم يثبت فيه شئ فكره: وذكر بعض أصحاب احمد انه لا بأس به: قال وكان احمد يفعله


Artinya: "Mencabut dua alis apabila panjang itu tidak apa-apa menurut ulama Syafi'iyah, namun makruh karena termasuk merubah ciptaan Allah. Sebagian ulama mazhab Hanbali menyebutkan itu boleh. Mereka berkata, Ahmad bin Hanbal sendiri melakukannya."

Diperbolehkan mencabut alis (tanmish) bagi wanita yang sudah menikah dan diberi izin oleh suaminya

c) Khatib al-Syirbini dalam Mughnil Muhtaj, hlm. 1/191, menjelaskan:

 و يحرم بغير إذن زوج و سيد وصل شعر بغيرهما و كالشعر الخرق و الصوف كما قال في المجموع و تجعيد الشعر و وشر الأسنان-إلى أن قال- و التنميص وهو الأخد من شعر الوجه و الحاجب للحسن لما في ذلك من التغرير أما إذا أذن لها الزوج أو السيد في ذلك فإنه يجوز لأن له غرضا في تزيينها له و قد أذن لها فيه ~مغني المحتاج ١/١٩١

Artinya: "Dan haram tanpa izin suami (bagi istri) dan tanpa izin sayyid (bagi budak) hal-hal berikut ini :

  • menyambung rambut
  • mengkeritingkan rambut
  • meruncingkan gigi
  • memakai semir hitam
  • mencabut alis dan rambut di wajah

    Dan jika si wanita sudah mendapat izin dari sang suami maka hal-hal di atas hukumnya boleh karena ia mempunyai tujuan yang jelas (berhias untuk suami). ".

Baca juga: Hukum Operasi Plastik

LihatTutupKomentar