Imam Asy'ari Tidak Mengkafirkan Sesama Muslim

Imam Abu Hasan al-Asy'ari sendiri. Pendiri aqidah Asy'ariyah menyatakan agar kita tidak mengafirkan siapapun dari ahli qiblat yaitu yang mengaku Islam

Imam Asy'ari Tidak Mengkafirkan Sesama Muslim

Imam Asy'ari Tidak Mengkafirkan Sesama Muslim

Assalamuālaikum

1. Ustadz, ketika saya berdiskusi dengan seorang mujassimah sejati, menurut dia Alloh itu punya bentuk. Saya berusaha menyadarkan dia bahwasannya Alloh tidak berjisim. Salahnya saya malah bertanya begini dengan alasan saya yakni SAMA-SAMA tidak berbentuk: "kau tau jin, oksigen, itu berbentuk tidak, tapi kamu merasakan?" Dia langsung menjawab "ya jelas berbentuk". Dari sana saya langsung sadar "oh iya ya". Saya bertanya-tanya "apakah saya yang barusan tadi itu menyamakan Alloh dengan makhluk?" Lalu senior saya menjawab : "Tidak. Karena sejak awal kamu tahu hakikat Alloh SWT berbeda dengan oksigen dan jin." Lanjut seniorku: "Karena kita yakin hakikatnya beda. Dan bahasa yang kamu gunakan tadi hanya salah satu jalan untuk menjelaskan pada orang awam tentang sifat Alloh SWT. Andai, tetapi saya yakin tidak salah, cara yang kamu pilih salah, itu cuma salah dalam memilih jalan cerita ke orang awam. Bukan kesalahan yang sengaja meyakini hakikat Alloh SWT sama dengan oksigen dan jin. Jika itu lahir dari iman yang kuat. Dan niat yang baik. Jatuhnya adalah proses beriman. Bukan musyrik".

Menurut ustadz, apakah saya di atas termasuk ke dalam mujassimah atau tidak? Apakah saya menyamakan Alloh atau tidak?

2. Dulu sekali, ustadz pernah berkata kepada saya: "Mujassimah itu ada ulama yang mengatakan kufur, dan ada ulama yang mengatakan tidak kufur". Pertanyaan saya adalah, saya sekedar ingin tahu pendapat ulama yang mengatakan tidak kufur tersebut, bolehkah disertakan referensinya? Terima kasih.

Wassalamuālaikum.

JAWABAN

1. Tidak termasuk menyamakan karena anda tidak berniat menyamakan.

2. Yang menyatakan bahwa mujassimah itu tidak kufur adalah pernyataan Imam Abu Hasan al-Asy'ari sendiri. Pendiri aqidah Asy'ariyah. Al-Dzahabi dalam kitab Siyar A'lam al-Nubala, hlm. 15/86, menyatakan agar kita tidak mengafirkan siapapun dari ahli qiblat:

اشهد علي أني لا أكفر [ أحدا ] من أهل القبلة ; لأن الكل يشيرون إلى معبود واحد ، وإنما هذا كله اختلاف العبارات

Artinya: "Saksikanlah bahwa aku tidak akan mengafirkan seorangpun dari ahli kiblat. Karena semuanya menuju tuhan yang satu. Adapun perbedaan ini bersifat perbedaan redaksional saja."

Yang dimaksud ahli kiblat menurut Ibnu Ab al-Izzi dalam Syarah al-Tahawiyah, hlm. 2/427, adalah:

والمراد بقوله : " أهل قبلتنا " ، من يدعي الإسلام ويستقبل الكعبة وإن كان من أهل الأهواء ، أو من أهل المعاصي ، ما لم يكذب بشيء مما جاء به الرسول صلى الله عليه وسلم

Artinya: "Ahli kiblat adalah orang yang mengakui Islam (sebagai agamanya), menghadap Ka'bah (ketika salat) walaupun dia dari kalangan ahlul ahwa' atau ahli maksiat, selagi dia mengimani ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw."

Pernyataan Imam Abu Hasan Asy'ari di atas penting agar kita tidak mudah mengafirkan sesama muslim. Kalau toh ada pendapat yg menyatakan bahwa mujassimah itu kafir, maka jadikan itu sebagai peringatan buat diri kita sendiri agar tidak melakukan perbuatan itu. Namun, dalam menilai orang lain, maka kita hendaknya menjauhkan diri dari mengafirkan mereka. Ini cara bersikap yang ideal dalam Islam.

Baca detail:

- <a href="https://www.fatihsyuhud.net/tuduhan-bidah-syirik-kafir-pada-sesama-muslim/">Hukum Mengkafirkan Sesama Muslim </a>
- <a href="https://www.fatihsyuhud.net/toleran-pada-orang-awam-dan-perbedaan-antar-kelompok/">Toleran pada perbedaan </a>

LihatTutupKomentar